Jumat, 17 Mei 2013

Sehari Bersama Seleb




Di zaman serba modern dengan berkembangnya teknologi yang sangat laur biasa, infromasi sangat mudah di dapatkan. Dari informasi yang berupa berita hingga berupa hiburan-hiburan kita tidak perlu keluar rumah. Tinggal duduk manis di kursi sambil menyalakan TV kita sudah mendapatkan apa yang kita inginkan. Berkembangnya zaman juga mempengaruhi semakin banyaknya orang yang terjun dalam bidang infotaiment. Bekerja dalam bidang infotaiment selain membutuhkan modal otak yang cerdas juga membutuhkan tampang yang rupawan, ata bahasa kerennya tampang yang cameramen.



Baik artis maupun actor selalu berpenampilan sempurna guna menjaga eksistensinya dalam bidang infotaiment. Hampir seminggu sekali mereka melakukan perawatan di salon. Entah perawatan kulit maupun hanya sekedar keramas. Selain itu, para pekerja infotaiment juga menggunakan pakaian yang mewah disertai beberapa aksesoris yang menunjang penampilan. Sehingga para pekerja seni sangat indah untuk dilihat. Banyak artis yang selalu dielu-elukan saat tampil. Ada fans yang sekedar minta foto hingga berebut minta tanda tangan. Namanya fans fanatic akan melakukan segala cara untuk bisa lebih dekat dengan selebritis favoritnya. Sehari bersama selebritis mungkin sangat didambakan oleh para fans.
Sebentar……
Masalah yang akan kita bahas bukan masalah selebritis yang itu..
“Sehari bersama seleb” yang dimaksud disini adalah “Sehari Belajar Membaca Selembar Buku”.
Wuah, lha tulisan ini berhubungan dengan apa tow???

Materi yang akan dibahas pada tulisan ini adalah cara atau metode belajar. Mungkin para pembaca akan mengernyitkan dahi seakan tidak percaya. Pengantar yang panjang lebar tidak ada hubungannya dengan materi yang akan dibahas. Tulisan macam apa ini??
Dunia pendidikan di era modern ini sangatlah maha penting. Pekerjan-pekerjaan menuntut para pekerja harus memiliki kreteria pendidikan yang sesuai, minimal S1. Ternyata dalam proses pendidikan ada namanya proses belajar. Belajar menurut taksonomi Bloom adalah suatu proses dari awalnya tidak tahu menjadi tahu, dari awalnya tidak suka menjadi suka, dan dari awalnya tidak bisa menjadi bisa. Itu merupakan proses pendidikan yang baik. Akan tetapi pendidikan di Indonesia jarang sekali menekankan pada proses belajar melainkan pada hasil akhir.
Pada proses pembelajaran terdapat beberapa factor siswa dapat menerima materi dengan mmudah saat kegiatan belajar mengajar. Selain guru dituntut sangat kompeten dalam materi, ternyata factor dari dalam diri siswa sangat mempengaruhi prsetasi yang diperoleh. Banyak sekali cara atau metode belajar yang telah dibuat para ahli pendidikan yang bertujuan meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi. Rumah-rumah bimbingan belajar juga melakukan hal-hal yang sama guna menarik minat belajar siswa, misalnya saja dengan menggunakan metode mengingat cepat.
Pada kesempatan ini penulis ingin memberikan sedikit pengalaman bagaimana penulis meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi. Seperti yang telah diungkapkan diatas, “Sehari Bersama Seleb”. “Sehari bersama seleb” merupakan metode belajar yang memiliki dua mata tombak yang sama-sama tajam. Kedua mata tombak memang berbeda arah tapi tetap satu dan saling mendukung satu dengan yang lain.
           Mata satu yang dimaksud adalah bagaimana memposisikan guru menjadi seorang selebritis.
Selebritis yang tampil di TV harus berpenampilan istimewa. Tingkah laku mereka, gaya pakaian hingga style rambut ditiru oleh banyak orang. Dalam hal ini kita memposisikan bagaimana seharusnya seoarang guru dalam proses pembelajaran. Hal ini sama dengan konsep guru menurut orang Jawa. Guru menurut istilah bahasa Jawa adalah “digugu lan ditiru”. Setiap berbicara pasti dipatuhi siswanya, setiap tindak tanduknya selalu dicontoh siswa. Sehingga guru harus tampil dengan istimewa. Istimewa yang dimaksudkan disini masih dalam batas-batas profesionalitas seorang guru. Berarti ada rambu-rambunya bagaimana menjadi guru yang professional. Hal yang ditakutkan guru tidak mampu menarik minat siswa dalam belajar. Terkadang siswa tidak memandang pelajarannya mudah ataupun sulit melainkan bagaimana guru mampu tampil baik secara penampilan fisik maupun materi sesempurna mungkin.
Penampilan guru harus semenarik mungkin akan tetapi jangan terlalu berlebihan. Ada batasan-batasan seorang guru dalam berpenampilan dan bertutur kata yang baik. Pandangan pertama seseorang pasti akan mempengaruhi penilaian mereka terhadap seseorang yang dijumpainya. Guru juga seperti itu, pertama masuk ke kelas harus mampu memikat siswa agar “jatuh cinta” padanya. Apabila siswa sudah jauh cinta padanya dengan mudah guru tersebut dapat menggiring siswa ke dalam cinta materi pelajaran yang diajarkan. Guru yang galak, tolong dibedakan antara guru galak dengan guru tegas, biasanya akan dibenci siswa. Secara langsung siswa juga akan membenci pelajaran tersebut.
Guru harus mampu membuat dirinya seolah selebritis dan siswanya menjadi fans fanatiknya. Sehingga siswa selalu merindukan guru tersebut, dengan demikian secara tidak langsung siswa akan merindukan materi yang akan diajarkan. Seperti kata pengantar diatas bagaimana sikap fans terhadap selebriti favoritnya, begitu juga dengan sikap siswa terhadap gurunya. Tetapi, sekali lagi ada batasan-batasan yang harus dibuat sehingga masih terlihat mana guru dan mana muridnya.
Guru yang masih muda, apalagi yang masih lajang, akan lebih akrab dengan siswa dibandingkan dengan guru yang sudah tua. Guru yang sudah tua biasanya tidak belajar kondisi sosial yang berkembang saat ini. Apabila mereka menggunakan pendekatan zaman dahulu, pasti dia tidak akan disukai oleh siswanya. Keakraban antara guru dengan murid ternyata juga memiliki titik kekurangan. Kedekatan yang sangat mendalam, tanpa sekat, kita tidak akan bisa lagi membedakan mana guru dan mana siswa, khusunya guru muda. Semua ada batas-batasnya, yang selalu ditekankan dalam tulisan ini
Mata yang kedua adalah dalam sudut siswa. Kalau diatas sudah diulas bagaimana “sehari bersama seleb” dari sudut guru, tulisan berikut ini melihat “sehari bersama seleb” dari sudut siswa. “sehari bersama seleb” disini memiliki arti sehari belajar membaca selembar buku. Budaya membaca memang belum begitu berkembang di Indonesia. Orang Indonesia dalam belajar lebih suka melaluli lisan daripada melalui tulisan. Padahal kalau di dalam lisan mungkin akan ditemukan kendala-kendala. Salah satunya adalah kendala mengingat. Otak manusia seperti computer yang masih sederhana. Kejadian masa lampau mungkin masih tersimpan dalam database otak kita, namun untuk mengingat kembali masa lampau kita harus mengingat secara mendalam. Bahkan mungkin sudah tidak teringat lagi.
Budaya membaca memang sangat penting untuk dikembangkan khususnya dalam pembelajaran siswa. Membaca sangat penting untuk menambah ilmu. Orang-orang yang sering membaca akan senang sekali apabila berjumap dengan buku baru yang dianggap baik. Akan tetapi kadang merasa sedih kalau sehari tidak membaca. Budaya membaca harus ditanamkan pada anak dari masih kecil. Nanti pada akhirnya anak tersebut akan merasa kecanduan dengan membaca buku. Tidak ada buku dalam sehari membuatnya menjadi sakit. Hari-hari menjadi terasa kurang kalau tidak membaca.
Bagaimana cara membudayakan membaca bagi orang yang sudah dewasa?
Solusinya adalah sehari bersama seleb. Seorang yang pada awalnya jarang membaca akan mengantuk atau bahkan pusing kepala saat pertama kali membaca buku. Sehari bersama seleb digunakan untuk orang-orang yang jarang membaca. Sehari hanya membaca selembar buku, ini merupakan dasar fondasi dari budaya membaca. Semua butuh niat dan tekad serta dilaksanakan walaupun harus dipaksakan. Nantinya setelah program sehari bersema seleb terbiasa, kita akan dengan enjoy membaca selember buku. Posisi disini harus ditingkatkan jangan hanya stagnan pada yang ini saja.
Berjalannya waktu, pengertian sehari bersama seleb pun akan mengalami perkembangan. Pada awalnya sehari bersama seleb hanya membaca “minimalselembar buku, pada kelanjutannya berubah menjadi sehari belajar membaca minimal sepuluh buku. Perubahan kebijakan membutuhkan adaptasi baru. Pada awalnya memang sangatlah sulit, akan tetapi seiring waktu semua akan terasa mudah apabila kita sudah terbiasa. Selalu ditekankan untuk selalu melakukan kebiasaan yang baik walaupun hanya sepele. Apabila sudah terbisa dengan sepuluh lembar buku dalam satu hari, nantinya sehari bersama seleb akan berubah lagi artinya Sehari belajar membaca minimal seratus lembar buku.
Sulit???
Memang, tapi itu bukan hal yang mustahil untuk kita wujudkan. Sebagai teorinya seperti ini, kita mulai dari seorang siswa bangun tidur pukul empat pagi kemudian menjalankan ibadah shalat. Setelah itu upayakan membaca sepuluh lembar buku. Tahap selanjutnya adalah saat menunggu kedatangan guru masuk kelas membaca sepuluh lembar lagi. Saat istirahat membaca buku sepuluh lembar lagi. Saat mengikuti pelajaran dari pukul tujuh sampai pukul dua siang minimal kita membaca tiga puluh. Dalam jangka setengah hari total kita membaca sudah enam puluh lembar buku. Terus yang empat puluh  kapan?
Setelah sampai rumah, mengisi tenaga dengan melahap beberapa butir nasi. Kemudian beristirahat, sebelum memejamkan mata untuk tidur kita upayakan membaca minimal sepuluh lembar lagi. Dan sisanya untuk menggenapi menjadi seratus dilakukan pada malam hari. Memang sulit, bahkan penulis sendiri masih dalam proses…..pantas dicoba 
"Doni Setyawan, S.Pd"

1 komentar: