Di zaman serba modern dengan berkembangnya teknologi yang sangat
laur biasa, infromasi sangat mudah di dapatkan. Dari informasi yang berupa
berita hingga berupa hiburan-hiburan kita tidak perlu keluar rumah. Tinggal
duduk manis di kursi sambil menyalakan TV kita sudah mendapatkan apa yang kita
inginkan. Berkembangnya zaman juga mempengaruhi semakin banyaknya orang yang
terjun dalam bidang infotaiment.
Bekerja dalam bidang infotaiment
selain membutuhkan modal otak yang cerdas juga membutuhkan tampang yang
rupawan, ata bahasa kerennya tampang yang cameramen.
Baik artis maupun actor selalu berpenampilan sempurna guna menjaga
eksistensinya dalam bidang infotaiment. Hampir seminggu sekali mereka melakukan
perawatan di salon. Entah perawatan kulit maupun hanya sekedar keramas. Selain
itu, para pekerja infotaiment juga
menggunakan pakaian yang mewah disertai beberapa aksesoris yang menunjang
penampilan. Sehingga para pekerja seni sangat indah untuk dilihat. Banyak artis
yang selalu dielu-elukan saat tampil. Ada fans yang sekedar minta foto hingga
berebut minta tanda tangan. Namanya fans fanatic akan melakukan segala cara
untuk bisa lebih dekat dengan selebritis favoritnya. Sehari bersama selebritis
mungkin sangat didambakan oleh para fans.
Sebentar……
Masalah yang akan kita bahas bukan masalah selebritis yang itu..
“Sehari bersama seleb” yang dimaksud disini adalah “Sehari Belajar
Membaca Selembar Buku”.
Wuah, lha tulisan ini berhubungan dengan apa tow???
Materi yang akan dibahas pada tulisan ini adalah cara atau metode
belajar. Mungkin para pembaca akan mengernyitkan dahi seakan tidak percaya.
Pengantar yang panjang lebar tidak ada hubungannya dengan materi yang akan
dibahas. Tulisan macam apa ini??
Dunia pendidikan di era modern ini sangatlah maha penting.
Pekerjan-pekerjaan menuntut para pekerja harus memiliki kreteria pendidikan
yang sesuai, minimal S1. Ternyata dalam proses pendidikan ada namanya proses
belajar. Belajar menurut taksonomi Bloom adalah suatu proses dari awalnya tidak
tahu menjadi tahu, dari awalnya tidak suka menjadi suka, dan dari awalnya tidak
bisa menjadi bisa. Itu merupakan proses pendidikan yang baik. Akan tetapi
pendidikan di Indonesia jarang sekali menekankan pada proses belajar melainkan
pada hasil akhir.
Pada proses pembelajaran terdapat beberapa factor siswa dapat
menerima materi dengan mmudah saat kegiatan belajar mengajar. Selain guru
dituntut sangat kompeten dalam materi, ternyata factor dari dalam diri siswa
sangat mempengaruhi prsetasi yang diperoleh. Banyak sekali cara atau metode
belajar yang telah dibuat para ahli pendidikan yang bertujuan meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi. Rumah-rumah bimbingan belajar juga melakukan
hal-hal yang sama guna menarik minat belajar siswa, misalnya saja dengan menggunakan
metode mengingat cepat.
Pada kesempatan ini penulis ingin memberikan sedikit pengalaman
bagaimana penulis meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi. Seperti yang
telah diungkapkan diatas, “Sehari
Bersama Seleb”. “Sehari bersama
seleb” merupakan metode belajar yang memiliki dua mata tombak yang
sama-sama tajam. Kedua mata tombak memang berbeda arah tapi tetap satu dan
saling mendukung satu dengan yang lain.
Mata satu yang dimaksud adalah bagaimana memposisikan guru menjadi
seorang selebritis.
Selebritis yang tampil di TV harus berpenampilan istimewa.
Tingkah laku mereka, gaya pakaian hingga style rambut ditiru oleh banyak orang.
Dalam hal ini kita memposisikan bagaimana seharusnya seoarang guru dalam proses
pembelajaran. Hal ini sama dengan konsep guru menurut orang Jawa. Guru menurut
istilah bahasa Jawa adalah “digugu lan ditiru”. Setiap berbicara pasti dipatuhi
siswanya, setiap tindak tanduknya
selalu dicontoh siswa. Sehingga guru harus tampil dengan istimewa. Istimewa
yang dimaksudkan disini masih dalam batas-batas profesionalitas seorang guru.
Berarti ada rambu-rambunya bagaimana menjadi guru yang professional. Hal yang
ditakutkan guru tidak mampu menarik minat siswa dalam belajar. Terkadang siswa
tidak memandang pelajarannya mudah ataupun sulit melainkan bagaimana guru mampu
tampil baik secara penampilan fisik maupun materi sesempurna mungkin.
Penampilan guru harus semenarik mungkin akan tetapi jangan terlalu
berlebihan. Ada batasan-batasan seorang guru dalam berpenampilan dan bertutur
kata yang baik. Pandangan pertama seseorang pasti akan mempengaruhi penilaian
mereka terhadap seseorang yang dijumpainya. Guru juga seperti itu, pertama
masuk ke kelas harus mampu memikat siswa agar “jatuh cinta” padanya. Apabila
siswa sudah jauh cinta padanya dengan mudah guru tersebut dapat menggiring
siswa ke dalam cinta materi pelajaran yang diajarkan. Guru yang galak, tolong
dibedakan antara guru galak dengan guru tegas, biasanya akan dibenci siswa.
Secara langsung siswa juga akan membenci pelajaran tersebut.
Guru harus mampu membuat dirinya seolah selebritis dan siswanya
menjadi fans fanatiknya. Sehingga siswa selalu merindukan guru tersebut, dengan
demikian secara tidak langsung siswa akan merindukan materi yang akan
diajarkan. Seperti kata pengantar diatas bagaimana sikap fans terhadap
selebriti favoritnya, begitu juga dengan sikap siswa terhadap gurunya. Tetapi,
sekali lagi ada batasan-batasan yang harus dibuat sehingga masih terlihat mana
guru dan mana muridnya.
Guru yang masih muda, apalagi yang masih lajang, akan lebih akrab
dengan siswa dibandingkan dengan guru yang sudah tua. Guru yang sudah tua
biasanya tidak belajar kondisi sosial yang berkembang saat ini. Apabila mereka
menggunakan pendekatan zaman dahulu, pasti dia tidak akan disukai oleh
siswanya. Keakraban antara guru dengan murid ternyata juga memiliki titik
kekurangan. Kedekatan yang sangat mendalam, tanpa sekat, kita tidak akan bisa
lagi membedakan mana guru dan mana siswa, khusunya guru muda. Semua ada
batas-batasnya, yang selalu ditekankan dalam tulisan ini
Mata yang kedua adalah dalam sudut siswa. Kalau diatas sudah diulas
bagaimana “sehari bersama seleb” dari sudut guru, tulisan berikut ini melihat
“sehari bersama seleb” dari sudut siswa. “sehari bersama seleb” disini memiliki
arti sehari belajar membaca selembar
buku. Budaya membaca memang belum begitu berkembang di Indonesia. Orang
Indonesia dalam belajar lebih suka melaluli lisan daripada melalui tulisan.
Padahal kalau di dalam lisan mungkin akan ditemukan kendala-kendala. Salah
satunya adalah kendala mengingat. Otak manusia seperti computer yang masih
sederhana. Kejadian masa lampau mungkin masih tersimpan dalam database otak
kita, namun untuk mengingat kembali masa lampau kita harus mengingat secara
mendalam. Bahkan mungkin sudah tidak teringat lagi.
Budaya membaca memang sangat penting untuk dikembangkan khususnya
dalam pembelajaran siswa. Membaca sangat penting untuk menambah ilmu.
Orang-orang yang sering membaca akan senang sekali apabila berjumap dengan buku
baru yang dianggap baik. Akan tetapi kadang merasa sedih kalau sehari tidak
membaca. Budaya membaca harus ditanamkan pada anak dari masih kecil. Nanti pada
akhirnya anak tersebut akan merasa kecanduan dengan membaca buku. Tidak ada
buku dalam sehari membuatnya menjadi sakit. Hari-hari menjadi terasa kurang
kalau tidak membaca.
Bagaimana cara membudayakan membaca bagi orang yang sudah dewasa?
Solusinya adalah sehari bersama seleb. Seorang yang pada awalnya
jarang membaca akan mengantuk atau bahkan pusing kepala saat pertama kali
membaca buku. Sehari bersama seleb digunakan untuk orang-orang yang jarang
membaca. Sehari hanya membaca selembar buku, ini merupakan dasar fondasi dari
budaya membaca. Semua butuh niat dan tekad serta dilaksanakan walaupun harus
dipaksakan. Nantinya setelah program sehari bersema seleb terbiasa, kita akan
dengan enjoy membaca selember buku. Posisi disini harus ditingkatkan jangan
hanya stagnan pada yang ini saja.
Berjalannya waktu, pengertian sehari bersama seleb pun akan
mengalami perkembangan. Pada awalnya sehari bersama seleb hanya membaca “minimal”
selembar buku, pada kelanjutannya
berubah menjadi sehari belajar membaca
minimal sepuluh buku. Perubahan kebijakan membutuhkan adaptasi baru. Pada
awalnya memang sangatlah sulit, akan tetapi seiring waktu semua akan terasa
mudah apabila kita sudah terbiasa. Selalu ditekankan untuk selalu melakukan
kebiasaan yang baik walaupun hanya sepele. Apabila sudah terbisa dengan sepuluh
lembar buku dalam satu hari, nantinya sehari bersama seleb akan berubah lagi
artinya Sehari belajar membaca minimal
seratus lembar buku.
Sulit???
Memang, tapi itu bukan hal yang mustahil untuk kita wujudkan.
Sebagai teorinya seperti ini, kita mulai dari seorang siswa bangun tidur pukul
empat pagi kemudian menjalankan ibadah shalat. Setelah itu upayakan membaca
sepuluh lembar buku. Tahap selanjutnya adalah saat menunggu kedatangan guru
masuk kelas membaca sepuluh lembar lagi. Saat istirahat membaca buku sepuluh
lembar lagi. Saat mengikuti pelajaran dari pukul tujuh sampai pukul dua siang
minimal kita membaca tiga puluh. Dalam jangka setengah hari total kita membaca
sudah enam puluh lembar buku. Terus yang empat puluh kapan?
Setelah sampai rumah, mengisi tenaga dengan melahap beberapa butir
nasi. Kemudian beristirahat, sebelum memejamkan mata untuk tidur kita upayakan
membaca minimal sepuluh lembar lagi. Dan sisanya untuk menggenapi menjadi
seratus dilakukan pada malam hari. Memang sulit, bahkan penulis sendiri masih
dalam proses…..pantas dicoba
"Doni Setyawan, S.Pd"
maen aja di sastrarepublik.blogspot.com
BalasHapus